Kamis, 07 Agustus 2014

Tuhan dan Takdirnya


"Seharusnya ini cukup menjadi bekal untuk berhenti bertanya mengenai takdir Tuhan."

Yang kita tahu, mereka belum menikah sehingga kita merasa berhak untuk bertanya mengapa mereka belum menikah.
Yang kita tidak tahu, mereka sedang memperjuangkan sesuatu.
Yang kita lupa, jodoh adalah misteri yang ditulis sendiri oleh Tuhan.

Yang kita tahu, mereka belum dikaruniai anak sehingga kita merasa berhak bertanya mengapa mereka belum memiliki momongan.
Yang kita tidak tahu, mereka sedang memperjuangkan sesuatu.
Yang kita lupa, rezeki berupa anak adalah pemberian Tuhan, jika Tuhan belum berkehendak maka sekuat apapun manusia berusaha, jika memang belum waktunya, ya belum waktunya. 

Satu hal pasti menjadi dewasa adalah, manusia akan cenderung menyimpan masalah sendiri, manusia akan cenderung menutup emosi mereka depan khalayak. Manusia akan cenderung menampakkan hal yang baik-baik saja. Itulah perubahan, apabila ketika bayi manusia bebas menangis depan umum, semakin tua hal tersebut menjadi tidak mungkin terjadi bukan? Semakin tua, manusia akan semakin menutupi apa yang cenderung membuatnya sedih dan menampakkan kondisi baik-baik saja. Seharusnya ini cukup menjadi bekal untuk berhenti bertanya mengenai takdir Tuhan.

Kita ridak tahu kondisi yang sedang dialami lawan bicara kita. Hingga kita sampai pada fase tersebut. banyak orang berdalih bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut ya anggap saja doa. Tapi banyak pula yang lupa bahwa doa yang paling tulus adalah mendoakan diam-diam.

Tidak ada komentar: